Kisah Perjalanan Saya Dalam Berorganisasi

Kisah Perjalanan Dalam  Berorganisasi

"Sambutan dalam Kegiatan Rapat Umum Anggota, Desember 2020"

      Cerita ini bukanlah kisah besar layaknya biografi orang sukses, kisah ini hanya kisah kecil yang ingin saya hadirkan dan juga bukan untuk tujuan besar atau bahkan menjadikan kisah ini sebagai kisah inspiratif sepanjang masa. Semua cerita, kisah yang saya tuliskan hanya punya satu tujuan kecil, sangat kecil, yaitu sebagai tempat di mana ada waktunya saya harus melihat ke belakang, entah itu untuk berhati-hati atau untuk merias diri.

Saat awal menjadi seorang Mahsiswa di perguruan tinggi Universitas Tribuana (UNTRIB) Kalabahi, saya adalah salah satu orang yang tidak peduli dengan Organisasi, baik Intra maupun Extra Kampus karena yang di pikiran saya adalah fokus di Kuliah dan bisa tamat tepat pada waktunya, dan berdalih bahwa Berorganisasi akan menghambat perkuliahan.

Namun berjalannya waktu saya mulai terpengaruh dengan orang-orang yang pernah berorganisasi, mereka menceritakan bagaimana berorganisasi dan apa saja yang dilakukan di organisasi khususnya mereka bercerita tentang aksi-aksi sosial yang mereka lakukan khususnya untuk masyarakat-masyarakat Desa, selain itu bisa melatih mental atau karakter kita. Sehingga saya tertarik dan siap mendaftarkan diri di Organisasi.

Satu-satunya organisasi yang saya ikuti saat Kuliah adalah Organisasi Serikat Mahasiswa TATAKATA (SEMATA).

"Rapat Pembentukan Panitia Masa Penerimaan Anggota Baru Pada Tahun 2019"

Pada tahun 2017 saya mulai bergabung untuk belajar di organisasi, walaupun tidak selalu aktif dalam setiap kegiatan Organisasi yakni Ibadah PA (Pendalaman Alkitab) maupun diskusi-diskusi lain hingga tahun 2017 berakhir. Pada tahun berikut yakni tahun 2018 tepat bulan Agustus, Organisasi mengadakan satu kegiatan Sosial yakni kegiatan Kemah Sosial (KEMSOS) di Desa Kailesa, Kec. Pureman, Kab. Alor. Saya memutuskan untuk melibatkan diri dalam kegiatan tersebut dan Puji Tuhan karena selama kegiatan KEMSOS berlangsung saya mendapat banyak pengalaman di sana walaupun tidak seberapa, salah satunya adalah pengalaman belajar bagaimana ketika berada di tengah-tengah masyarakat.

Setelah kegiatan itu selesai, saya dipercayakan untuk menjadi Ketua Panitia Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) dan Perayaan Dies Natalis SEMATA ke XI. Setelah itu, dengan berbekal sedikit pengalaman saya dipercayakan lagi oleh Badan Pengurus untuk mengantikan posisi Sekretaris SEMATA Cabang yang saat itu dipegang oleh salah satu saudara namun karena berhalangan sehingga saya dipercayakan untuk menggantikannya hingga pada masa bakti 2018-2019 berakhir. Saya menyadari bahwa kesempatan yang diterima itu belum maksimal bagi saya.

Tahun berikut yakni tahun 2019, Pemilihan Badan Pengurus baru pun dimulai, saya mulai merasakan bahwa  berorganisasi itu sangat penting, karena mampu melatih kita dalam berkarya maupun melatih mental, watak dan karakter kita sebagai Mahasiswa. apa yang saya berpikir sebelumnya bahwa akan menghambat perkuliahan itu ternyata cuma halusinasi, tergantung bagaimana kita membagikan waktu.

Saat itu saya mulai berani untuk mencalonkan diri sebagai Badan Pengurus dan semua terjawab, saya dipilih sebagai Sekretaris Cabang masa bakti 2019-2020, hari-hari mulai berlalu, semua anggota pun turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang kami adakan dan semuanya berjalan lancar tanpa hambatan hingga masa jabatan berakhir.

Semua keputusan yang saya ambil bukan karena ambisi tetapi saya ingin membuktikan dan belajar bagaimana menjadi pemimpin,  bagaimana kita mengambil langkah dalam menyikapi persoalan yang kita hadapi dikemudian hari.

Satu hal yang perlu diketahui bahwa untuk belajar mendapatkan pengalaman di Organisasi, tidak harus menjadi pemimpin atau mendapatkan jabatan yang tinggi. Di posisi apa saja bisa tergantung bagaimana kita serius terlibat dalam Organisasi.

Lanjut:

Pada tahun berikut yakni tahun 2020 merupakan tahun spesial tersendiri buat saya. Saya yang sudah terbiasa menghadapi tantangan organisasi dengan materi atau pengalaman yang cukup jelas, tugas dan tanggung jawab yang sudah saya dapatkan di tahun-tahun sebelumnya membuat saya berniat untuk mencalonkan diri sebagai Ketua, entah apapun resikonya nanti, karena saya percaya bahwa saya tidak mungkin berjalan sendiri, tentu ada orang-orang yang akan membantu saya dikala saya membutuhkan dan khususnya saya percaya bahwa Tuhan selalu Ada, Jika kita libatkan Tuhan dalam setiap aktivitas kita maka Tuhan akan selalu memudahkan dan melancarkan apa yang kita rencanakan.

Setelah pemilihan berakhir, saya mendapatkan jumlah suara melebihi rekan-rekan yang lain, artinya saya dipercayakan lagi untuk memimpin Organisasi itu dengan posisi yang berbeda. Namun anehnya, setelah mengetahui hasilnya, Saya merasa bahwa ini sungguh berat tetapi keyakinan saya kembali kuat, Keyakinan bahwa siap-tidak siap saya harus berusaha untuk pemimpin itulah yang akhirnya membantu saya bertahan dan saya menerima semua karena berkat dukungan dari seluruh anggota.

Hari demi hari mulai berlalu hingga pada bulan Februari 2020, satu musibah melanda Negeri ini yakni pandemi covid-19 yang mengakibatkan segala kegiatan-kegiatan dibatasi bahkan setiap Instansi diliburkan sampai pada organisasi yang saya pimpin saat itu.

Rasa cemas, gelisah dan bimbang pun mulai muncul karena bagaimana tanggung jawab saya sebagai Ketua bisa berjalan?, cara orang menyikapi masalah tentu berbeda-beda, semua tergantung dari banyak faktor dalam hidupnya. Baik faktor tingkat pendidikan, faktor pengalaman hidup, faktor teman, dan lingkungan.

Namun Puji Tuhan karena bulan-bulan berikut kita bisa kembali beraktivitas walaupun dibatasi jumlah anggota, hingga pada akhirnya semua program kerja Tahunan di Organisasi bisa dijalankan hingga pada akhir masa jabatan.

"Sambutan dalam kegiatan pembukaan pelantikan Badan Pengurus Baru Masa Bakti 2020-2021"

Empati menurut saya adalah hal penting lainnya saat siapapun akan duduk menjadi pimpinan bagi beberapa orang. Kita harus mengenal betul pressure apa yang akan didapatkan oleh anggota sehingga bisa menempatkan diri dalam posisi mereka dan menjadi problem solver yang bijak terhadap berbagai permasalahan. Waktu satu tahun cukup membuat saya mengenal pressure yang akan didapatkan seorang pemimpin.

Selain itu juga saya mempertimbangkan semua suara mereka dan menjadikan itu rujukan penting dalam sebuah keputusan. Ternyata cara ini cukup berhasil bagi saya untuk bisa mengarahkan dan mempin dalam melakukan tanggung jawab yang dibebankan Organisasi kepada saya tanpa mereka harus kesal, marah, dan juga membuat saya tidak kehilangan kedekatan emosional dengan rekan-rekan saya tersebut.

Akhirnya saya meyakini bahwa setiap orang sebenarnya telah memiliki skill sendiri-sendiri untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai sebuah tujuan.

Dengan memimpin kita mengambil tindakan-tindakan yang bijaksana, memimpin kita menemukan passion sehingga dapat maksimal dalam berkarya, dan memimpin kita meraih pencapaian-pencapain terbaik dalam hidup tanpa perlu menjadi seorang pimpinan.

Demikian kisah pengalaman saya dalam berorganisasi, sekali lagi ini bukan pengalaman-pengalamn besar yang dibangga-banggakan, melainkan pengalaman kecil/sederhana yang saya sampaikan lewat tulisan ini.

Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan yang sederhana ini. Tuhan memberkati kita semua.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WISUDA TANPA ADA AYAH DI SAMPING

PESAN UNTUK KAWAN

Kisah Perjalanan Pendidikan Yang Penuh Tantangan