Sejarah kerajaan Baranusa
Sejarah kerajaan Baranusa
Sebelum dikenal dengan nama Baranusa seperti sekarang ini, orang
menyebutkan dengan istilah Bara saja, atau orang menyebutnya dengan nama
Bara-merang/ Blangmerang, artinya orang-orang bara yang tinggal di dalam gubuk
yang beratapkan alang-alang atau daun kelapa.
Dan dalam satu gubuk tersebut tinggallah beberapa keluarga bersama sanak
familinya, mereka ini membentuk komune (klan) dan tinggal bersama. Tinggalnya
orang dalam merang ini, kemudian orang gunung menyebut mereka dengan istilah
Bara-merang/Blangmerang).
Menurut Bapak
Basonden Mau bahwa nama Baranusa itu sudah digunakan pada saat mereka tinggal
berdekatan dengan orang-orang Pandai di daerah Pantar bagian timur tepatnya di
daerah Wai-Wagang, karena menurut sejarah lokal bahwa orang Pandai dan Baranusa
merupakan satu keluarga dari satu keturunan yang sama yaitu keturunan Wae Wuno
Sere.
Orang Baranusa
yang mendiami tanah Baramerang saat ini merupakan keturunan dari Bara Mauwolang
salah satu putra dari Wae Wuno Sere, yang menurut sejarah lokal, mereka
bermigrasi dari tanah Wai Wagang hendak ke Pulau Jawa menggunakan perahu yang
bernama Susundara, tapi ternyata perahu mereka rusak dan mereka singga di
daerah Bagang bagian atas (AbbangWaiwasing), kemudian mereka diminta oleh raja
Siggang yaitu Raja Rupa Take untuk menetap bersama mereka di kerajaaan Siggang.
Setelah itu keturunan Bara Mauwolang bersama sanak familinya yang
tinggal di kerajaan Siggang bermigrasi lagi menempati tanah Pring Sina
(BayyangOnong) dan membangun kerajaan mereka sendiri yang diberi nama Kerajaan Baranusa yang
dipimpin oleh Raja
BoliTonda, setelah itu mereka bermigrasi lagi ke Pulau Kura
sebagai tempat tinggal sementara.
Baranusa tak lepas dari incaran pengembangan pengaruh Ternate atau
Tidore. Belakangan, Ternate lebih besar pengaruhnya di Baranusa. Karena itu,
Ternate merasa perlu mengirim dai-nya ke Baranusa untuk mengembangkan Islam di
sana.
Di Baranusa, ternyata para dai dari Ternate ini tidak sekedar mengajarkan Islam
tapi juga mengembangkan sistem politik yang ada di Kesultanan Ternate. Ini bisa
dilihat dari catatan berdirinya Kerajaan Baranusa berdiri pada tahun 1520. Raja
pertama Baranusa diketahui bernama BoliTonda yang
memerintah hingga tahun 1578. Sistem pemerintahan yang dikembangkan BoliTonda
diyakini mirip dengan sistem yang ada pada Kesultanan Ternate. Bahkan, nama
BoliTonda sendiri sangat berbau Ternate.
Pada masa kependudukan Belanda masyarakat yang menetap di Pulau
Kura diperintahkan oleh belanda untuk datang menetap ditempat sekarang yang
dinamakan Baranusa yang menjadi Ibu Kota Kecamatan Pantar Barat sekarang.
Awal abad ke-20 Alor terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui, Batulolong,
Kolana, Baranusa dan
Alor. Kerajaan Alor wilayahnya meliputi seluruh jasirah Kabola (bagian utara
pulau Alor).
Mantap, terus Berkarya
BalasHapusTerima kasih KK👍
BalasHapus