Antara Ayah, Saya dan Masa Depan

Antara Ayah, Saya dan Masa Depan


Gambar1 : Ketika Masih Kuliah

Saya tidak ingin berkata bahwa hidup saya benar-benar berat karena saya yakin setiap insan mempunyai ujian yang berbeda. Tingkat ujian yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluk-Nya disesuaikan dengan kemampuan mereka masing-masing. Sehingga dari teori itulah saya berusaha untuk tidak meremehkan kesusahan yang dihadapi oleh orang lain, dan tentu saja saya berharap orang di sekitar saya tidak memperkeruh suasana dengan menambah beban pikiran saya dengan berbicara hal yang menyakitkan dengan kejadian yang saya alami saat ini.

Jika berbicara tentang sebuah pilihan berarti akan ada beberapa pertimbangan sebelum kita menentukan pilihan yang kita ambil, Permasalahan dari pilihan yang saya ambil sangatlah sederhana.

Menjadi anak laki-laki sulung sungguh membuat saya selalu memikirkan tentang kesuksesan, kemapanan, dan kebahagiaan. Apalagi sejak Ayah saya telah pergi untuk selamanya. Membuat saya tidak henti-hentinya memikirkan masa depan, terkadang hal itu membuat saya sedih karena saya merasa belum siap dan sangat takut apabila saya gagal.

Saya kuliah di perguruan tinggi Universitas Tribuana Kalabahi sedangkan Ibu saya adalah seorang Pengajar Sekolah Dasar di SDN Kolomana, Ayah saya seorang petani dan Beliau jatuh sakit (Stroke) sejak tahun 2016 yang lalu.

Singkat Cerita:

Pada tanggal 14 Maret 2021 sementara saya berada di Kampus, tiba-tiba saya mendapat Pesan singkat (SMS) dari Ibu saya di Kampung yang isinya demikian: “ᴮᵃᵖᵃᵏ ˢᵘ ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵐᵃᵏᵃⁿ ᵈᵘᵃ ʰᵃʳⁱ ᵏᵒ ᵐᵃᵐᵃ ᵃᵈᵃ ᵏⁱʳⁱᵐ ᴮᵃᵖᵃᵏ ᵖᵘ ᶠᵒᵗᵒ ᵗᵘʳᵘⁿ ʲᵃᵈⁱ ᶜᵉᵗᵃᵏ ᵇᵃʳᵘ ᵇᵃʷᵃ ⁿᵃⁱᵏ”. Tanpa pikir panjang saya segera menyelesaikan tugas Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) waktu itu untuk berangkat ke Kampung secepatnya walaupun belum semuanya selesai. Saya sangat tidak peduli termasuk dengan IPK nanti.

Pada tanggal 24 Maret 2021 saya berangkat ke Kampung dan sampai di rumah pada sore hari kira-kira pukul 17.00 WITA. Ketika masuk ke kamar untuk melihat keadaan Ayah yang sementra terbaring. Saya pun terkejut karena kondisi Ayah saat itu menurun drastis, tidak seperti sebelumnya. Dalam hati saya berkata “Tuhan e, kenapa Bapak terlalu sengsara begini?? Tuhan tolong kasih kesembuhan di Bapak ko”🙁

Gambar2 : Keadaan Ayah saat Sakit

Karena prinsip saya selama studi adalah Kedua Orang Tua saya harus merasakan kebahagiaan dari saya sebelum mereka dipanggil pulang untuk selamanya.

Beberapa hari kemudian tepat Hari Minggu tanggal 28 Maret 2021, pukul 07:25 WITA Ayah saya menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya.

Gambar3 : Saat Ayah Meninggal

Hati sangat terpukul karena apa yang saya impikan selama ini menjadi sia-sia, namun semua itu adalah suatu hal yang sudah diatur oleh Tuhan dan pasti terjadi dalam waktu itu, secara manusiawi saya pun beropini bahwa biarlah, daripada Ayah sengsara seperti itu, ikhlaskan biar Ayah Bahagia di Sorga. dan itulah yang membuat saya bisa tegar dan bangkit.

Kesimpulan “Manusia boleh berencana tetapi Tuhan yang akan menentukan”.

Terima Kasih.

Komentar

  1. It's good man. Hahaha...
    Kuat2 nepa,semangat berkarya, Tuhan berkati.

    BalasHapus
  2. Oke ship....terima kasih Nepa

    Oh yaaa HBD ee Nepa, terlmbat kasih ucapan ttpi doa Shu mndahului dari kmarin🙂👍🙏

    BalasHapus
  3. Semangat meraih mimpi..
    Kita semua adlh org2 kuat yg bangkit dr pengalaman pahit dr keluarga🙏😌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiinn....terima kasih banyak. Tuhan berkati selalu

      Hapus
  4. Tuhan Yesus Berkati Selalu,, Segala Sesuatu Tuhan sudah Atur sedemikian rupa... terus Semangat kk.. Bersama Tuhan pasti sanggup.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WISUDA TANPA ADA AYAH DI SAMPING

PESAN UNTUK KAWAN

Kisah Perjalanan Pendidikan Yang Penuh Tantangan